Sabtu, 20 April 2024

In Memoriam: Srikandi Karang Taruna Citra Harapan itu Telah Pergi


Dusun Joto berduka. Salah satu srikandi Karang Taruna Citra Harapan, Lusiana, telah berpulang pada Jumat, 19 April 2024, di rumah sakit Muhammadiyah Lamongan setelah berjuang melawan penyakit lupus.


Bagi generasi muda, Lusiana mungkin tak begitu dikenal. Namun, di masa remajanya, beliau adalah sosok inspiratif yang berperan aktif dalam mendirikan Karang Taruna Citra Harapan. Sejak kelas satu SMK, alumni SMK N 1 Lamongan ini aktif menggandeng perempuan lain untuk ikut andil dalam kegiatan karang taruna.


Meskipun keaktifannya berkurang setelah lulus SMA dan merantau ke ibu Surabaya untuk mencari pengalaman kerja, Lusiana tetaplah bagian integral dari karang taruna. Beliau masih sering menjadi donatur dan memberikan dukungan dalam berbagai kegiatan.


Semangat dan dedikasinya sebagai kembang desa menjadi pelecut semangat bagi anggota karang taruna generasi pertama yang dipimpin Mas Tio dan dilanjutkan Mas Prihatmono atau Pak Momon.


Lusiana menikah pada 8/9 Maret 2013 dengan pria asal Trenggalek. Usai menikah, beliau mengikuti suaminya ke ibukota Jakarta. Beberapa tahun terakhir, Lusiana kembali ke tanah kelahiran saat mengandung anak kedua.


Kepergian Lusiana meninggalkan tiga jagoan yang masih kecil. Beliau telah pergi, namun perjuangannya akan selalu dikenang dan menjadi panutan bagi generasi saat ini.


Semoga almarhumah Lusiana beristirahat dengan tenang di alam damai. Jasa dan pengabdiannya akan selalu dikenang oleh keluarga, sahabat, dan seluruh anggota Karang Taruna Citra Harapan.


Mari kita doakan bersama agar keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan.

Continue reading In Memoriam: Srikandi Karang Taruna Citra Harapan itu Telah Pergi

Rabu, 20 Desember 2023

Pak Tani dan Pohon Labu Ajaib



Pada suatu hari, di sebuah desa kecil di ujung Pulau Jawa, hiduplah seorang petani bernama Pak Slamet. Pak Slamet adalah seorang petani yang jujur dan pekerja keras. Ia selalu berusaha untuk mengolah tanahnya dengan sebaik-baiknya agar hasil panennya melimpah.

Pada suatu musim tanam, Pak Slamet menanam biji labu di ladangnya. Ia merawat tanaman labu itu dengan penuh kasih sayang. Setiap hari, ia menyiraminya dan memberinya pupuk.

Suatu hari, Pak Slamet melihat ada sesuatu yang aneh di tanaman labu miliknya. Buah labu itu tumbuh dengan sangat cepat. Dalam waktu singkat, buah labu itu sudah sebesar rumah.

Pak Slamet pun heran. Ia belum pernah melihat tanaman labu yang tumbuh secepat itu. Ia pun memutuskan untuk memotong buah labu itu dan membawanya pulang.

Ketika Pak Slamet memotong buah labu itu, ia terkejut. Di dalam buah labu itu, ada seorang gadis cantik yang sedang tertidur. Gadis itu mengenakan pakaian yang indah dan berkilau.

Pak Slamet pun membawa gadis itu ke rumahnya. Ia merawat gadis itu dengan penuh kasih sayang. Gadis itu pun tumbuh menjadi seorang wanita yang cantik dan baik hati.

Pak Slamet pun menyadari bahwa gadis itu adalah putri dari seorang raja jin. Putri itu telah dikutuk oleh neneknya karena menolak menikah dengan seorang pangeran yang tidak disukainya.

Dengan bantuan Pak Slamet, putri itu pun berhasil memecahkan kutukan neneknya. Ia pun kembali ke istana ayahnya.

Pak Slamet pun dihadiahi oleh raja jin dengan harta yang berlimpah. Pak Slamet pun menjadi seorang petani yang kaya raya.

Namun, Pak Slamet tidak melupakan sifatnya yang jujur dan pekerja keras. Ia tetap mengolah tanahnya dengan sebaik-baiknya agar hasil panennya melimpah. Ia juga tetap membantu orang-orang yang membutuhkan.

Cerita Pak Slamet dan pohon labu ajaib ini menjadi cerita rakyat yang terkenal di desa itu. Cerita ini mengajarkan kita bahwa kebaikan akan selalu dibalas dengan kebaikan.

Continue reading Pak Tani dan Pohon Labu Ajaib

Sabtu, 29 Januari 2022

Nikmati Kelan Conggah di Pinggir Bengawan Solo


Bagi pecinta kuliner, rasanya tak lengkap jika tak mampir ke Kuliner Pinggir Bengawan. Lokasinya agak terpencil tepatnya di Dusun Klanganyar Desa Jatirenggo Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan sekitar 25km atau 45 menit dari Kota Lamongan.

https://maps.app.goo.gl/83Gyp6296uNyqFdC9

Kuliner Pinggir Bengawan sendiri buka setiap akhir pekan, setiap Sabtu dan Minggu pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. 

Disini penikmat kuliner akan disuguhkan dengan makanan khas bengawan yang bisa dinikmati di gazebo dari bambu. Pemandangan yang alami dan sejuk juga menjadi nilai plus. Untuk menu andalannya ialah kelan conggah, yakni udang air tawar jumbo hasil tangkapan warga di bengawan solo. Kelan Conggah dimasak dengan rempah kuah asem kuning dan disuguhkan dalam kuali. Menu ini menjadi andalan bagi pengunjung, dimana selalu laris manis setiap buka.


Selain menu utama tersebut juga tersedia menu hasil tangkapan nelayan. Ada menu olahan ikan keting bumbu rujak dan kelan keting (ikan keting berkuah kuning dengan rasa asam), menu belut goreng, belut rica, ikan patin botok mangut. Juga ada menu ayam dan gurami.

Pelayanan di kuliner pinggir bengawan sangat ramah, dengan mengandalkan tenaga warga sekitar. Ada delapan pelayan yang dengan sigap dan cepat memberikan pelayanan kuliner.
Continue reading Nikmati Kelan Conggah di Pinggir Bengawan Solo

Minggu, 29 Agustus 2021

Angkringan Soto Sewu, Benar-benar Harga Seribu Rupiah

Pertama kali mendengarnya tak akan percaya jika harga semangkok soto ayam nikmat hanya seribu rupiah. Tapi begitu kamu datang ke angkringan soto sewu, kamu akan benar-benar menikmati sensasi makan soto seharga seribu rupiah.

Lokasinya terletak di kabupaten Bojonegoro, tepatnya sebelah jembatan Sosrodilogo yang membentang diatas bengawan solo. Lokasinya gampang ditemui karena merupakan akses jalan kota Bojonegoro yang dilalui berbagai kendaraan. Dimana jalan tersebut merupakan jalan utama menuju Kabupaten Blora atau Cepu, begitu juga jalan menuju Kabupaten Ngawi. Link lokasi

Harga perporsi memang benar-benar seribu rupiah. Begitu memesan akan diberikan pilihan harga, mulai dari seribu rupiah, tiga ribu rupiah, dan lima ribu rupiah.

Untuk porsi harga seribu rupiah menggunakan mangkuk kecil dimana akan habis dengan tiga kali suapan, sedangkan porsi lima ribuan ialah porsi yang cukup ideal untuk porsi makan seperti biasa. Dengan harga yang minimalis tersebut tidak mengurangi rasa dari soto itu. Dimana sangat sedap dan gurih dengan ayam goreng suwir dan potongan telur rebus. Bawang gorengnya juga banyak dan sangat gurih.

Saya sarankan ketika lewat atau sedang berada di Bojonegoro kota untuk mampir ketempat ini.
Continue reading Angkringan Soto Sewu, Benar-benar Harga Seribu Rupiah

Selasa, 02 Juni 2020

Chord Lagu Seandainya - Poost Band

   C                    C                           F
Berjalan ikuti, bicara ungkapkan rasa
                C
Dalam Dada
   C                            C                  F
Sempat renungkan, coba pikirkan arti
                        C                G
pandangan matamu, waktu itu

Reff :
                    C
Dan Seandainya.......
 Em        F              C         
dirimu bisa menerima cintaku
                    C
Dan seandainya........
Em        F            C     G
dirimu tahu akan isi hatiku


   C                            C                           F
Sungguh tak mampu, memang tak bisa diriku
                C
jauh darimu
   C                    C                               F
Hanya lamunkan hanya bayangkan, seandainya
                        C                G
Kau mencintaiku, setulus hatimu

    F                    G
Takkan Kulepaskan,,,
    F                    G        S                G
Takkan kutinggalkan semua..........rasa........

Reff :
                    C
Dan Seandainya.......
 Em        F              C         
dirimu bisa menerima cintaku
                    C
Dan seandainya........
Em        F            C     G
dirimu tahu akan isi hatiku
                    C
Dan seandainya.....
Em            F                C        G
Dirimu dengar akan jerit rinduku,,,,,,

F                G            F            G
Betapa bahagia,,,,,,,,,,Betapa ceria
F                            G        F        G
Hidupku.............bersama denganmu

Continue reading Chord Lagu Seandainya - Poost Band

Minggu, 15 Maret 2020

Kisah Jamaludin dan Asal Usul Nama Desa


 
 
 Vidio oleh chanel ndolenk official.

Ada 2 (dua) sahabat (santri) kanjeng Sunan Giri yang menyebarkan ajaran Agama Islam ke desa-desa, yaitu Jamaludin dan Syahid. Pada suatu hari keduanya sampai pada suatu tempat di bendungan telaga, tepatnya di desa Takeran Klating untuk menunaikan ibadah sholat maghrib dan qur’an mereka ditaruh diatas bendungan. Yang akhirnya telaga tersebut dinamakan telaga koro'an dari kata qur’an.
     Ketika mereka sedang menunaikan sholat ada salah seorang dari anak buah Ki Gede Sindu Joyo ( Pembesar Desa Klating ) lihat mereka. Dalam versi lain mengatakan bahwa Ki Gede Sindu Joyo adalah putera dari sesepuh Klating yang bernama Kyai Keling dengan nama kecil Mahardita. dan anak buah Ki Gede Sindu Joyo tadi mengira mereka berdua adalah dua ekor celeng (bahasa jawa dari  babi ), karena posisi mereka itu sedang sujud sehingga sekilas dalam kegelapan seperti hewan celeng. Kemudian dia melapor pada Ki Gede Sindu Joyo, bahwa dia melihat dua ekor Celeng yang masuk ke Desanya. Ki Gede Sindu Joyo kemudian mendatangi tempat tersebut untuk menyatakan berita itu. Tanpa melihat dengan jelas Ki Gede Sindu Joyo langsung melemparkan tombaknya kearah kedua satri tersebut, sehingga mengenai salah satu diantaranya yaitu Jamaludin.
     Keduanya kemudian lari untuk menyelamatkan diri dari kejaran Ki Gede Sindu Joyo dan anak buahnya. Setelah lari sekian jauh akhirnya kelelahan, kemudian mereka beristirahat untuk melepas lelah dan meluruskan kaki ( Jawa = Lenjer ) sehingga pada akhir jaman tempat tersebut dinamakan dusun Lenjer Desa Dukuhagung Kecamatan Tikung.
     Dirasa cukup beristirahat mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan, tapi tak lama kemudian mereka berhenti lagi karena Jamaludin merasa kesakitan sampai terluntah – luntah ( Jawa = Mumbul – mumbul ). Hingga pada akhir jaman tempat tersebut dinamakan Bulan/Mumbulan Desa Pengumbulanadi.
     Selanjutnya mereka meneruskan perjalanan dan kemudian bersembunyi disuatu tempat untuk menhindari dari kejaran Ki Gede Sindu Joyo dan anak buahnya. Hingga pada akhir jaman tempat persembunyian itu dinamakan Delik ( Jawa ; Delik = sembunyi ) Dusun Delik Desa Pengumbulannadi.
     Setelah dirasa cukup aman mereka meneruskan lagi perjalanannya kearah utara. Ditengah perjalanan luka Jamaludin mengeluarkan banyak darah sampai kira-kira 1 baskom ( Baskom = Jawa ; Kemaron ). Hingga pada akhirnya tempat tersebut disebut Dusun Kemaron/Pengaron Desa Pengumbulannadi. Kemudian keduanya meneruskan perjalanan, tapi setelah dirasa tidak kuat menahan sakit, akhirnya Jamaludin berhenti untuk beristirahat. Sedang Syahid temannya meneruskan perjalanan kembali ke Gresik untuk melapor pada Kanjeng Sunan Giri Gurunya tentang kejadian yang telah dialaminya.
     Setelah itu oleh Kanjeng Sunan Giri dia diberi kendi yang nanti airnya harus diminum oleh Jamaludin agar lukanya sembuh. Tapi takdir berkehendak lain, setelah Syahid sampai ditempat semula ternyata Jamaludin sudah wafat. Sehingga tempat itu sekarang disebut dengan  Jotok (Jawa ; Jotok = tempat akhir) Sekarang lebih dikenal dengan Dusun Joto Desa Jotosanur Kecamatan Tikung.  .
     Karena belum sempat diminumkan pada Jamaludin akhirnya air kendi tersebut dibuang kedalam sumur yang ada ditempat itu. Menurut riwayat pada suatu hari air sumur tersebut diminum oleh seekor kerbau dan terjadi keajaiban.
     Ternyata setelah minum dari air sumur tersebut kerbau menjadi kebal terhadap senjata apapun. Sehingga oleh penduduk setempat sumur tersebut kemudian ditutup ( ditutup = dijubel ; jawa ), agar jangan sampai diminum oleh orang-orang. Akhirnya sumur tersebut dinamakan Sumur Jubel.
     Kembali pada satri Kanjeng Sunan Giri tadi, setelah Jamaludin wafat kemudian jasadnya dibawa kesuatu tempat untuk dimandikan/disucikan. Yang kemudian termpat tersebut dinamakan Desa Keramat Kecamatan Lamongan, karena menjadi tempat disucikannya jasad Jamaludin.
     Namun meurut versi juru kunci makam, dinamakan Desa Keramat karena tempat dikuburkannya pakaian Jamaludin yang berlumuran darah.

Ditandu Sembilan Orang

     Setelah jasad Jamaludin dimandikan dan disholatkan terjadilah keanehan, ketika jasadnya akan diangkat 4 (empat) orang ternyata tidak bisa mengangkatnya. Kemudian ditambah lagi 5 (lima) orang, masih tidak kuat juga, sampai seterusnya. Tapi ketika diangkat dengan 9 (Sembilan) orang, ternyata jasad tersebut baru bisa diangkat.
    Kemudian dibawa ke pemakaman, tapi lagi-lagi terjadi keanehan yaitu ketika sampai di pemakaman, jasad Jamaludin tidak bisa diturunkan. Seakan – akan memaksa orang-orang yang menggotongnya untuk mengikuti kemauannya. Setelah lama berjalan kearah barat kira-kira 10 km, akhirnya jasad tersebut baru bisa diturunkan. Dan disitu kemudian jasad Jamaludin disemayamkan. Akhirnya desa tempat dimakamkannya Jamaludin dinamakan Desa Sukosongo Kec. Kembangbahu – Lamongan.

Wafatnya Ki Gede Sindu Joyo

     Setelah mengetahui Jamaludin wafat, Kanjeng Sunan Giri tidak terima dan memanggil Ki Gede Sindu Joyo untuk menghadap dan mempertanggung jawabkan perbuatannya.
     Tapi ternyata Ki Gede Sindu Joyo tidak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya, dan malah mengejek Kanjeng Sunan Giri untuk adu kekuatan dengannya. Akhirnya terjadilah pertempuran diantara keduanya, yang menyebabkan Ki Gede Sindu Joyo meninggal dunia. Dan akhirnya dikubur di Desa Karangpoh, Lumpur Kabupaten Gresik. Ada yang mengatakan dikuburkan di Karangbolet
     Menurut versi lain menceritakan bahwa setelah Ki Gede Sindu Joyo kalah adu kekuatan dengan Kanjeng Sunan Giri Akhirnya dia minta ma’af dan menjadi murid Kanjeng Sunan Giri. Kemudian Ki Gede Sindu Joyo oleh Kanjeng Sunan Giri ditempatkan disuatu daerah untuk menyebarkan ajaran Agama Islam.
     Di tempat itu disamping berdakwah dia juga bercocok tanam dan memelihara hewan. Tanaman yang ditanam diantaranya adalah umbi-umbian ( umbi = jawa;bolet ). Sehingga tempat yang ditempati sampai akhir hayatnya dinamakan Karangbolet, Lumpur Kab. Gresik. Tapi menurut Mbah Sufaat Juru Kunci Makam mengatakan bahwa makam Ki Gede Sindu Joyo sebenanya ada di Karangpoh. Sedangkan makam yang ada di Desa Kroman adalah tempat Riyadlohnya Ki Gede Sindu Joyo. Adapun makam yang ada di Desa Klating adalah tempat Tombak Ki Gede Sindu Joyo dikuburkan.

Dihanyutkan di Laut


     Kembali ke versi pertama, akhirnya berita tewasnya Ki Gede Sindu Joyo sampai pada anaknya yang berada di Klating yang bernama Ki Gede Pudak Joyo. Karena tidak terima dengan kematian ayahnya, akhirnya Ki Gede Pudak Joyo mendatangi tempat Kanjeng Sunan Giri untuk membalaskan kematian ayahnya. Setelah sampai tujuan terjadilah pertempuran antara Kanjeng Sunan Giri dan Ki Gede Sindu Joyo yang akhirnya Ki Gede Pudak Joyo disabdo oleh Kanjeng Sunan Giri, dihanyutkan ke laut dengan hanya mengapung di atas daun Pisang selama bertahun-tahun lamanya. Dia tidak akan bisa naik ke daratan sebelum masa hukumannya habis.
     Akhirnya pada suatu hari Ki Gede Pudak Joyo mendengar suara hewan merintih seperti minta tolong. Setelah didekati ternyata ada seekor anak buaya putih (Bajul Putih) yang terjepit diantara bebatuan laut. Kemudian bajul putih tersebut meminta tolong kepada Ki Gede Pudak Joyo untuk melepaskan dirinya dari jepitan batu tadi dengan berjanji bila ia mau menolongnya maka dia akan membantu Ki Gede Pudak Joyo ketika ada masalah/menghadapi kesulitan.
     Akhirnya Ki Gede Pudak Joyo mau mengeluarkan bajul putih dari jepitan batu tadi dan Ki Gede Pudak Joyo akhirnya naik ke daratan karena telah habis masa hukumannya.

Kebo Mas dan Sayembara

     Pada suatu hari terjadi pertempuran antara Kanjeng Sunan Giri dengan Ki Gede Kidang Gringsing, ada yang mengatakan namanya Ki Gede Kidang Paleh (Mbah Sufaat) dari wilayah Gumeno yang akhirnya Kanjeng Sunan Giri merasa kuwalahan menghadapi pertempuran itu dan beliau membuat sayembara yang isinya berbunyi : ”Bagi siapa saja yang bisa mengalahkan Ki Gede Kidang Gringsing maka akan diberi separuh kekuasaan dari wilayah yang dikuasainya.
     Berita ini akhirnya sampai juga ketelinga Ki Gede Pudak Joyo, dia pun mempunyai keinginan untuk mengikuti sayembara itu. Akhirnya dia teringat akan janji dari Bajul Putih yang pernah ditolongnya. Kemudian dia pergi menemui Bajul Putih untuk mengutarakan keinginannya dan menagih janji yang dulu pernah diucapkan oleh Bajul Putih.
     Oleh Bajul Putih, dia pun ditolong dengan cara dimasukkan kedalam perut kerbau yang kulitnya berwarna emas (Jawa : Kebo Mas ). Kemudian Kebo Mas tadi diarahkan oleh Bajul Putih kearah Negara GUMENO dan langsung menuju masjid yang ada di Kota itu. Sebelumnya Bajul Putih sudah memberitahu pada Ki Gede Pudak Joyo apabila sudah ada di dalam masjid dan melihat bayangan hitam makam harus ditubruk
     Dan ternyata benar bahwa di dalam masjid memang ada bayangan hitam dan langsung ditubruk oleh Kebo Emas yang ada di dalam perutnya ada Ki Gede Pudak Joyo.
     Ternyata bayangan hitam itu adalah Ki Gede Kidang Gringsing. Akhirnya Ki Gede Kidang Gringsing pun tewas terkena tandukan Kebo Emas. Dan nama Kebo Emas akhirnya diabadikan menjadi nama suatu Desa/Daerah di Kota Gresik Sekarang.
     Setelah berhasil mengalahkan Ki Gede Kidang Gringsing, akhirnya Ki Gede Pudak Joyo melapor pada Kanjeng Sunan Giri bahwa dia telah berhasil membunuh Ki Gede Kidang Gringsing atas bantuan Bajul Putih. Tapi dia tidak meminta imbalan apapun seperti yang telah dijanjikan oleh Kanjeng Sunan Giri dalam Sayembaranya.
     Dia hanya meminta bila sewaktu-waktu ajalnya tiba mohon dikubur di dekat ayahnya yaitu Ki Gede Sindu Joyo di Karang Mbolet/Karang Poh.
     Dan juga meminta agar Kanjeng Sunan Giri mencabut kembali Sabdonya yang telah berakibat buruk pada warganya yang berada di Klating serta mendo’akan agar warga Klating menjadi orang islam yang baik.
     Permintaan itu pun dikabulkan, dan oleh Kanjeng Sunan Giri Warga Klating diharamkan untuk makan daging Celeng/Babi.

     Sekian sejarah Desa Klating yang disalin dari tulisan Bapak Mat ( Kepala Desa Takeran
Klating) tanggal 2 September 1968 dan dari beberapa sumber lain.



Catatan : Dalam beberapa sumber (versi) lain Sunan Giri di kisah tersebut merupakan Sunan Giri II (anak Sunan Giri) atau dikenal dengan Sunan Prapen.Cerita versi lain juga banyak Berkembang.


sumber : http://klating-regency.blogspot.com/

Continue reading Kisah Jamaludin dan Asal Usul Nama Desa

Jumat, 07 Februari 2020

Sedikit Cerita Tentang PSJ

Persatuan Sepak Bola Joto (PSJ) ialah tim sepakbola yang berdiri di Dusun Joto Desa Jotosanur Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan. PSJ didirikan sekitar tahun 2002, dengan seluruh komposisi pemain merupakan anak kampung Joto. Dengan julukan Laskar Samudra, PSJ memiliki kostum berwarna putih biru. Beberapa pemain seperti Munib, Kiswanto, Heri, Nurhidayat,menghiasi wajah PSJ lama.

Puncak Keemasan PSJ ialah pada tahun 2005 s.d 2007 dengan tambahan komposisi pemain muda dari angkatan dibawahnya (JFC). Dimana pada tahun tersebut PSJ mendapatkan sponsor kostum terbaru yakni Mitracell dan Wahyu Motor, (dua pengusaha di dusun Joto). Generasi emas PSJ tersebut pula yang menjadi cikal bakal semangat pemuda Joto untuk mendirikan Karang Taruna Citra Harapan dusun Joto.

Komposisi Pemain PSJ masa keemasan :
Kiper : Zaini (Broth), Jefril , Wakit
Bertahan : Putut, Sulaiman, Mamat, Supri, Imam
Tengah : Handoko, Rif'an, Heri, Rouf
Sayap : Nanda, Yudha, Dedik,
Penyerang : Johan, Wawan, Joko, Riri

Dalam masa tersebut PSJ melakukan inisiatif menghadapi tim tangguh diluar daerah, Seperti Paciran, Gondang, dan Sugio. PSJ juga pernah berhadapan langsung dengan Union FC yang diperkuat Alm Khoirul Huda dan Eks pemain Persela Charles Putiray di Stadion Surajaya Lamongan.Dalam puncaknya PSJ menjadi salah satu tim sepakbola yang disegani di Kecamatan Tikung.

Namun kini, nama PSJ tenggelam ditelan maraknya gadget, sehingga tidak ada pemuda yang melanjutkan perjuangannya. Sejak beberapa pemain meninggalkan kampungnya untuk bekerja maupun melanjutkan belajar diluar kota, PSJ ditelan jaman.


Kostum Masa Keemasan PSJ

Kostum Pertama PSJ
Continue reading Sedikit Cerita Tentang PSJ