Vidio oleh chanel ndolenk official.
Ada 2 (dua) sahabat (santri) kanjeng Sunan Giri yang menyebarkan ajaran Agama Islam ke desa-desa, yaitu Jamaludin dan Syahid. Pada suatu hari keduanya sampai pada suatu tempat di bendungan telaga, tepatnya di desa Takeran Klating untuk menunaikan ibadah sholat maghrib dan qur’an mereka ditaruh diatas bendungan. Yang akhirnya telaga tersebut dinamakan telaga koro'an dari kata qur’an.
Ketika mereka sedang menunaikan sholat ada salah seorang dari anak buah Ki Gede Sindu Joyo ( Pembesar Desa Klating ) lihat mereka. Dalam versi lain mengatakan bahwa Ki Gede Sindu Joyo adalah putera dari sesepuh Klating yang bernama Kyai Keling dengan nama kecil Mahardita. dan anak buah Ki Gede Sindu Joyo tadi mengira mereka berdua adalah dua ekor celeng (bahasa jawa dari babi ), karena posisi mereka itu sedang sujud sehingga sekilas dalam kegelapan seperti hewan celeng. Kemudian dia melapor pada Ki Gede Sindu Joyo, bahwa dia melihat dua ekor Celeng yang masuk ke Desanya. Ki Gede Sindu Joyo kemudian mendatangi tempat tersebut untuk menyatakan berita itu. Tanpa melihat dengan jelas Ki Gede Sindu Joyo langsung melemparkan tombaknya kearah kedua satri tersebut, sehingga mengenai salah satu diantaranya yaitu Jamaludin.
Keduanya kemudian lari untuk menyelamatkan diri dari kejaran Ki Gede Sindu Joyo dan anak buahnya. Setelah lari sekian jauh akhirnya kelelahan, kemudian mereka beristirahat untuk melepas lelah dan meluruskan kaki ( Jawa = Lenjer ) sehingga pada akhir jaman tempat tersebut dinamakan dusun Lenjer Desa Dukuhagung Kecamatan Tikung.
Dirasa cukup beristirahat mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan, tapi tak lama kemudian mereka berhenti lagi karena Jamaludin merasa kesakitan sampai terluntah – luntah ( Jawa = Mumbul – mumbul ). Hingga pada akhir jaman tempat tersebut dinamakan Bulan/Mumbulan Desa Pengumbulanadi.
Selanjutnya mereka meneruskan perjalanan dan kemudian bersembunyi disuatu tempat untuk menhindari dari kejaran Ki Gede Sindu Joyo dan anak buahnya. Hingga pada akhir jaman tempat persembunyian itu dinamakan Delik ( Jawa ; Delik = sembunyi ) Dusun Delik Desa Pengumbulannadi.
Setelah dirasa cukup aman mereka meneruskan lagi perjalanannya kearah utara. Ditengah perjalanan luka Jamaludin mengeluarkan banyak darah sampai kira-kira 1 baskom ( Baskom = Jawa ; Kemaron ). Hingga pada akhirnya tempat tersebut disebut Dusun Kemaron/Pengaron Desa Pengumbulannadi. Kemudian keduanya meneruskan perjalanan, tapi setelah dirasa tidak kuat menahan sakit, akhirnya Jamaludin berhenti untuk beristirahat. Sedang Syahid temannya meneruskan perjalanan kembali ke Gresik untuk melapor pada Kanjeng Sunan Giri Gurunya tentang kejadian yang telah dialaminya.
Setelah itu oleh Kanjeng Sunan Giri dia diberi kendi yang nanti airnya harus diminum oleh Jamaludin agar lukanya sembuh. Tapi takdir berkehendak lain, setelah Syahid sampai ditempat semula ternyata Jamaludin sudah wafat. Sehingga tempat itu sekarang disebut dengan Jotok (Jawa ; Jotok = tempat akhir) Sekarang lebih dikenal dengan Dusun Joto Desa Jotosanur Kecamatan Tikung. .
Karena belum sempat diminumkan pada Jamaludin akhirnya air kendi tersebut dibuang kedalam sumur yang ada ditempat itu. Menurut riwayat pada suatu hari air sumur tersebut diminum oleh seekor kerbau dan terjadi keajaiban.
Ternyata setelah minum dari air sumur tersebut kerbau menjadi kebal terhadap senjata apapun. Sehingga oleh penduduk setempat sumur tersebut kemudian ditutup ( ditutup = dijubel ; jawa ), agar jangan sampai diminum oleh orang-orang. Akhirnya sumur tersebut dinamakan Sumur Jubel.
Kembali pada satri Kanjeng Sunan Giri tadi, setelah Jamaludin wafat kemudian jasadnya dibawa kesuatu tempat untuk dimandikan/disucikan. Yang kemudian termpat tersebut dinamakan Desa Keramat Kecamatan Lamongan, karena menjadi tempat disucikannya jasad Jamaludin.
Namun meurut versi juru kunci makam, dinamakan Desa Keramat karena tempat dikuburkannya pakaian Jamaludin yang berlumuran darah.
Ditandu Sembilan Orang
Setelah jasad Jamaludin dimandikan dan disholatkan terjadilah keanehan, ketika jasadnya akan diangkat 4 (empat) orang ternyata tidak bisa mengangkatnya. Kemudian ditambah lagi 5 (lima) orang, masih tidak kuat juga, sampai seterusnya. Tapi ketika diangkat dengan 9 (Sembilan) orang, ternyata jasad tersebut baru bisa diangkat.
Kemudian dibawa ke pemakaman, tapi lagi-lagi terjadi keanehan yaitu ketika sampai di pemakaman, jasad Jamaludin tidak bisa diturunkan. Seakan – akan memaksa orang-orang yang menggotongnya untuk mengikuti kemauannya. Setelah lama berjalan kearah barat kira-kira 10 km, akhirnya jasad tersebut baru bisa diturunkan. Dan disitu kemudian jasad Jamaludin disemayamkan. Akhirnya desa tempat dimakamkannya Jamaludin dinamakan Desa Sukosongo Kec. Kembangbahu – Lamongan.
Wafatnya Ki Gede Sindu Joyo
Setelah mengetahui Jamaludin wafat, Kanjeng Sunan Giri tidak terima dan memanggil Ki Gede Sindu Joyo untuk menghadap dan mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Tapi ternyata Ki Gede Sindu Joyo tidak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya, dan malah mengejek Kanjeng Sunan Giri untuk adu kekuatan dengannya. Akhirnya terjadilah pertempuran diantara keduanya, yang menyebabkan Ki Gede Sindu Joyo meninggal dunia. Dan akhirnya dikubur di Desa Karangpoh, Lumpur Kabupaten Gresik. Ada yang mengatakan dikuburkan di Karangbolet
Menurut versi lain menceritakan bahwa setelah Ki Gede Sindu Joyo kalah adu kekuatan dengan Kanjeng Sunan Giri Akhirnya dia minta ma’af dan menjadi murid Kanjeng Sunan Giri. Kemudian Ki Gede Sindu Joyo oleh Kanjeng Sunan Giri ditempatkan disuatu daerah untuk menyebarkan ajaran Agama Islam.
Di tempat itu disamping berdakwah dia juga bercocok tanam dan memelihara hewan. Tanaman yang ditanam diantaranya adalah umbi-umbian ( umbi = jawa;bolet ). Sehingga tempat yang ditempati sampai akhir hayatnya dinamakan Karangbolet, Lumpur Kab. Gresik. Tapi menurut Mbah Sufaat Juru Kunci Makam mengatakan bahwa makam Ki Gede Sindu Joyo sebenanya ada di Karangpoh. Sedangkan makam yang ada di Desa Kroman adalah tempat Riyadlohnya Ki Gede Sindu Joyo. Adapun makam yang ada di Desa Klating adalah tempat Tombak Ki Gede Sindu Joyo dikuburkan.
Dihanyutkan di Laut
Kembali ke versi pertama, akhirnya berita tewasnya Ki Gede Sindu Joyo sampai pada anaknya yang berada di Klating yang bernama Ki Gede Pudak Joyo. Karena tidak terima dengan kematian ayahnya, akhirnya Ki Gede Pudak Joyo mendatangi tempat Kanjeng Sunan Giri untuk membalaskan kematian ayahnya. Setelah sampai tujuan terjadilah pertempuran antara Kanjeng Sunan Giri dan Ki Gede Sindu Joyo yang akhirnya Ki Gede Pudak Joyo disabdo oleh Kanjeng Sunan Giri, dihanyutkan ke laut dengan hanya mengapung di atas daun Pisang selama bertahun-tahun lamanya. Dia tidak akan bisa naik ke daratan sebelum masa hukumannya habis.
Akhirnya pada suatu hari Ki Gede Pudak Joyo mendengar suara hewan merintih seperti minta tolong. Setelah didekati ternyata ada seekor anak buaya putih (Bajul Putih) yang terjepit diantara bebatuan laut. Kemudian bajul putih tersebut meminta tolong kepada Ki Gede Pudak Joyo untuk melepaskan dirinya dari jepitan batu tadi dengan berjanji bila ia mau menolongnya maka dia akan membantu Ki Gede Pudak Joyo ketika ada masalah/menghadapi kesulitan.
Akhirnya Ki Gede Pudak Joyo mau mengeluarkan bajul putih dari jepitan batu tadi dan Ki Gede Pudak Joyo akhirnya naik ke daratan karena telah habis masa hukumannya.
Kebo Mas dan Sayembara
Pada suatu hari terjadi pertempuran antara Kanjeng Sunan Giri dengan Ki Gede Kidang Gringsing, ada yang mengatakan namanya Ki Gede Kidang Paleh (Mbah Sufaat) dari wilayah Gumeno yang akhirnya Kanjeng Sunan Giri merasa kuwalahan menghadapi pertempuran itu dan beliau membuat sayembara yang isinya berbunyi : ”Bagi siapa saja yang bisa mengalahkan Ki Gede Kidang Gringsing maka akan diberi separuh kekuasaan dari wilayah yang dikuasainya.
Berita ini akhirnya sampai juga ketelinga Ki Gede Pudak Joyo, dia pun mempunyai keinginan untuk mengikuti sayembara itu. Akhirnya dia teringat akan janji dari Bajul Putih yang pernah ditolongnya. Kemudian dia pergi menemui Bajul Putih untuk mengutarakan keinginannya dan menagih janji yang dulu pernah diucapkan oleh Bajul Putih.
Oleh Bajul Putih, dia pun ditolong dengan cara dimasukkan kedalam perut kerbau yang kulitnya berwarna emas (Jawa : Kebo Mas ). Kemudian Kebo Mas tadi diarahkan oleh Bajul Putih kearah Negara GUMENO dan langsung menuju masjid yang ada di Kota itu. Sebelumnya Bajul Putih sudah memberitahu pada Ki Gede Pudak Joyo apabila sudah ada di dalam masjid dan melihat bayangan hitam makam harus ditubruk
Dan ternyata benar bahwa di dalam masjid memang ada bayangan hitam dan langsung ditubruk oleh Kebo Emas yang ada di dalam perutnya ada Ki Gede Pudak Joyo.
Ternyata bayangan hitam itu adalah Ki Gede Kidang Gringsing. Akhirnya Ki Gede Kidang Gringsing pun tewas terkena tandukan Kebo Emas. Dan nama Kebo Emas akhirnya diabadikan menjadi nama suatu Desa/Daerah di Kota Gresik Sekarang.
Setelah berhasil mengalahkan Ki Gede Kidang Gringsing, akhirnya Ki Gede Pudak Joyo melapor pada Kanjeng Sunan Giri bahwa dia telah berhasil membunuh Ki Gede Kidang Gringsing atas bantuan Bajul Putih. Tapi dia tidak meminta imbalan apapun seperti yang telah dijanjikan oleh Kanjeng Sunan Giri dalam Sayembaranya.
Dia hanya meminta bila sewaktu-waktu ajalnya tiba mohon dikubur di dekat ayahnya yaitu Ki Gede Sindu Joyo di Karang Mbolet/Karang Poh.
Dan juga meminta agar Kanjeng Sunan Giri mencabut kembali Sabdonya yang telah berakibat buruk pada warganya yang berada di Klating serta mendo’akan agar warga Klating menjadi orang islam yang baik.
Permintaan itu pun dikabulkan, dan oleh Kanjeng Sunan Giri Warga Klating diharamkan untuk makan daging Celeng/Babi.
Sekian sejarah Desa Klating yang disalin dari tulisan Bapak Mat ( Kepala Desa Takeran
Klating) tanggal 2 September 1968 dan dari beberapa sumber lain.
Klating) tanggal 2 September 1968 dan dari beberapa sumber lain.
Catatan : Dalam beberapa sumber (versi) lain Sunan Giri di kisah tersebut merupakan Sunan Giri II (anak Sunan Giri) atau dikenal dengan Sunan Prapen.Cerita versi lain juga banyak Berkembang.
sumber : http://klating-regency.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar